dan mengapa?

12:11 PM

"Yang rapih berdasi menopengi mutilasi pembebasan dengan sengkarut argumen basi tentang bagaimana menyamankan posisi pembiasaan diri di hadapan seonggok tinja para sosok pembaharu dunia bernama pasar bebas dan perdagangan yang adil",Homicide - Barisan Nisan
_________________________

kini terhitung darah,hingga darah penghabisan.terhitung sudah tetes airmata ,hingga kering riak mataku.dan telah kuhisap nadi ini,hingga titik nadir terakhir.

sampai kupijakkan dusta,yang menhamburkan fakta tanpa tahta aku tetaplah buta.mau sampai kapan aku hidup dibalik selimut kemunafikan.dan sampai akhirnya aku hanya akan digerogoti dosa-dosa yang semakin memojokkan waktu ke sangkakala kematian.detik per detik,kuresapi pijakan-pijakan kemunafikan ini.kemunafikan akan hari.

kubenamkan tubuhku kerelung terdalam,dan sesampainya aku di ujung jurang kematian.aku tertawa,meratapi teriak-teriak tipu dayaku ketika dulu.naifnya aku.tak henti tawaku membuat segala haram dalam lambungku mendemonstrasikan kelicikan demi kelicikan ku dalam setiap kalimat yang aku selipkan dimulut berbisa ku.dan semua kini mengucap-ucap apa yang tidak ingin aku ungkapkan,mengungkapkan perkataan yang tidak pernah aku katakan,dan membuat semua menjadi satu pelor kematian yang mampu menerobos artileri detak jantung.

kusisipkan tangan kesaku kiriku,kurasakan jari-jariku mulai mengeliat seakan mencari-cari tumpukan kertas hijau.tumpukan yang setiap waktu aku tumpuk lembaran demi lembaran.tanpa kugerakkan,jari ini seakan sudah mengerti tugasnya,kini,dia menghangatkan rautan kontur telapak tangan di ujung saku ini.tidur sejenak,menenangkan amarah.

sejak kudapat tinta hitam dan sebulatan stempel-stempel.semua mulai menjadi hujan yang menhujam keberadaanku di akhir hayat.entah apa,semua obsesi yang pernah aku koar-kan,semua pupus,sejak aku menduduki kursi yang menbuat iman terasa lesu terkantuk.

itulah masa ketika sebuah kekuasaan ku nahkodai.setiap insaf manusia yang tidak aku mudahkan perjalanannya dan setiap nafas kecurangan aku ralat menjadi suatu nadi yang mudah mengaliri tiap liter darah.dan semua senyuman ikhlas tidak pernah aku balas namun senyum penuh kelicikan aku balas dengan peluk hangat.

kini genap enam puluh,sudah habis masaku.sudah lewat kejayaan dalam menyamankan posisi sekarang,hanya tersisa arang.

waktu perlahan ternyata telah menyusutkan kemanusiawianku.tak kusadari sinisnya mata anak desa ketika mengeserkan sebuah kertas untuk aku sah-kan.perlahan,aku menciut dalam keleluasaan yang aku capai.setiap mata memandangku sinis dari segala penjuru mata angin.seperti bidikan robin hood ketika hendak memanah mangsanya,aku.tepat disudut hati paling dalam,aku merasa hina di desaku sendiri.tapi kenapa semua ini?

hanya ada aku dan dua petinggi itu.dan ada silembaran-lembaran berukuran entah berapa kali berapa.dan si anak desa.setelah sampai pada titik perpisahan,kamipun bertukar guratan jari.itulah cara kami.krssssk.anak desa itu mengeserkan berkasnya dan saling berhadapan dengan lebaran-lembaran yang baru saja kuterima.

______________________

"sesekali bunga tidak akan kembali ke kehidupan,kecuali setelah kematian.demikian juga cinta,tidak akan bersemi kecuali setelah perpisahan",Kahlil Gibran

You Might Also Like

0 comments